Kemandirian guru
1. Konsep kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan suatu keinginan
atau kehendak tanpa meminta bantuan orang lain. Kemandirian merupakan salah
satu sikap yang wajib dimiliki oleh seorang guru karena mendasari keberhasilan
sebuah pendidikan. Bagaimana tidak, gurulah yang menjadi sentral pelaksana
pendidikan. Sebagai pelaksana pendidikan guru mempunyai tugas yang sangat
penting yaitu bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik agar bisa
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kemampuan dalam mengelola diri sendiri ini ditandai dengan
kemampuannya untuk tidak bergantung kepada dukungan emosional orang lain
terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan mampu menerima
akibat dari keputusan secara mandiri dan mampu menerima akibat dari keputusan
tersebut, serta memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta
tentang penting dan tidak penting (Steinberg, 1993). Individu yang memiliki
kemandirian akan dapat menentukan pilihannya sendiri tanpa dibingungkan oleh
pengaruh-pengaruh dari luar dirinya, dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya. Pengertian tentang kemandirian yang telah dikemukakan oleh beberapa
tokoh dan pakar tersebut, dapat diambil intisarinya bahwa istilah kemandirian
diartikan sebagai kemampuan untuk mengatur dan menyeleksi tingkah laku,
membimbing keputusan serta berani bertanggung jawab atas keputusannya itu.
a.
Kemampuan menseleksi,
mengatur dan mengelola setiap tindakannya
b.
kemampuan mengambil
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
c.
Percaya
pada diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, dan
d.
Bertanggungjawab
terhadap apa yang dilakukannya.
2. Pribadi guru yang mandiri
Dasar utama guru mandiri
adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin bahwa dirinya mempunyai
potensi luar biasa dan tidak dimiliki oleh sembarangan orang. Jadi sebagai guru
jangan sekali-kali minder atau merasa tidak mampu karena sesungguhnya
perasaan-perasaan seperti itu hanya akan menjadi penghalang besar untuk
menghantarkan anak didik menuju gerbang keberhasilan.
Selain memiliki rasa
percaya diri, sosok guru mandiri harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar
terhadap segala tugas yang diberikan. Menurut djamarah tugas utama seorang guru
adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi
siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Namun lebih luas lagi,
tugas seorang guru tidak hanya terbatas mengajarkan ilmu pengetahuan, melainkan
memotivasi, membimbing, menumbuhkembangkan nilai-nilai, melatih
keterampilan-keterampilan, dan mengabdi pada masyarakat dan negara.
Guru mandiri juga harus
memiliki inisiatif dan kreatifitas yang tinggi. Guru harus mampu mengeksplorasi
semua potensi dan kemampuan dalam dirinya. Guru yang memiliki banyak inisiatif
dan kreatifitas harus akrab dengan berbagai sumber keilmuan, selalu up to
date dan tidak kehabisan akal untuk menelurkan ide-ide, menyusun strategi
pembelajaran yang efektif, dan menciptakan media pembelajaran yang menarik. Guru
tidak boleh kering inspirasi karena akan mudah terserang penyakit-penyakit
profesi seperti kusta (kurang strategi), kutil (kurang terampil), dan lesu (lemah
sumber). Keberhasilan seorang guru yang kreatif terletak pada kepuasan dan
pemahaman peserta didik setelah menerima materi pelajaran yang diberikan.
Guru mandiri sebaiknya
juga terbuka dan bisa menerima pendapat orang lain. Menurut reber guru yang
terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif
tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain
siswa, teman kerja, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru juga mau
menerima kritik dengan ikhlas dan memiliki respon terhadap pengalaman emosional
orang lain. Keterbukaan psikologis sangat diperlukan untuk menciptakan suasana
hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik. Jika seorang guru
memiliki keterbukaan diri, maka akan lebih mudah menyesuaikan diri.
Selain terbuka, guru
mandiri juga harus bisa menghargai waktu dengan baik. Guru yang menghargai
waktu akan selalu berusaha melaksanakan segala tugas tepat waktu dan tidak suka
menunda-nunda pekerjaan. Dengan berlatih mengatur waktu secara baik maka guru
memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan produktifitas. Belajar menghargai
waktu juga sama saja dengan menghargai anugerah tuhan, dirinya sendiri, dan
orang lain. Untuk itu mulailah dari diri kita membudayakan tepat waktu agar
lebih mengetahui arti pentingnya waktu dalam kehidupan.
Aspek terakhir yang harus
dimiliki oleh guru mandiri adalah siap menerima perubahan apapun. Pendidikan di
indonesia terkenal tentatif atau sementara yang memang terlihat dari seringnya
terjadi perubahan kebijakan atau kurikulum dalam kurun waktu relatif singkat. Parahnya,
kebanyakan guru biasanya selalu menunggu aba-aba dari pemerintah untuk berubah,
dan jika perubahannya tidak sesuai dengan keinginan ataupun kemampuan maka
terkena virus kegelisahan (galau). Guru yang bertindak seperti ini akan susah
berkembang, mudah depresi, dan terperangkap dalam ketidakpastian.[2]
3. Membentuk guru yang berkualitas dalam kemandirian
Ada beberapa cara untuk membentuk guru yang
berkualitas dalam kemandirian :[3]
a. Guru harus memiliki
kepribadian yang bernilai sebagai pedoman hidup dan nilai kehidupan
yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik. Artinya dapat dipercaya
dan dijadikan panutan oleh siswanya. Segala gerak langkah seorang
guru akan dinilai oleh lingkungan terutama siswa-siswinya. Tentang kedisiplinan
, tanggung jawab, sikap, kecerdasan dan tutur katanya sangat
diperhatikan oleh anak didiknya. Walau demikian seorang guru juga
memikirkan bagaimana penampilan di depan siswa agar tidak terjadi
kebosanan dan sikap kemasabodohan pada siswa berkembang. Guru harus dapat
tampil luwes, dapat menyelami pikiran dan perasaan siswa , suka humor yang
ringan-ringan, peka, adil terhadap semua siswa dan tanggap terhadap situasi.
b. Guru harus memiliki
tanggung jawab untuk bertindak. Pembuatan seperangkat administrasi pembelajaran
merupakan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan. Sekali pun guru
memiliki tanggung jawab untuk bertindak yang berarti terkandung
suatu kebebasan akan tetapi nilai-nilai kehidupan tetap melekat erat pada
diri seorang guru. Sehingga tuntutan tugas dari pengabdian seorang guru
sering berlawanan. Misalnya, dalam bekerja hendaknya santai namun harus
selesai dan tuntas, antara konflik pribadi namun tetap harus rukun
baik dengan siswa, rekan seprofesi maupun terhadap atasan, dan bebas
dalam menentukan langkah namun penuh tanggung jawab.
c. Guru harus memiliki
semangat yang tinggi dalam bekerja. Dalam melaksanakan panggilan jiwanya
sebagai pendidik, guru memang harus rela berkorban demi kemajuan dan peradaban
siswanya. Apabila guru bekerja hanya semata-mata mengharapkan adanya
penghasilan ( reward ) maka segala gerak dan langkahnya akan
diperhitungkan berdasarkan pendapatan yang akan diterimanya. Akibat dari
guru yang demikian ini siswa akan terbengkelai, tidak melakukan proses
pembelajaran yang memadai. Sebaliknya, guru yang diharapkan adalah
guru yang dalam melakukan tugasnya didasarkan atas motivasi yang
tinggi, ikhlas mengabdi, semangat yang tinggi dan mandiri. Guru yang demikian
inilah sesungguhnya guru ideal.
d. Guru harus memilki
jiwa pendidik dan membekali diri sebagai guru yang terdidik. Artinya
memahami bahwa melaksanakan tugas sebagai guru mengandung
tantangan yang tidak sederhana. Di satu sisi harus menerima
siswa apa adanya di sisi lain harus mampu menyelami alam pikiran
siswa. Guru hendaknya sanggup bersikap empatik, pencetus ide, menuntun dan
memberikan semangat kepada siswa untuk berkembang lebih jauh melakukan
sesuatu yang baru dan memberikan semangat kepada setiap siswa tanpa terpaku
pada tarap kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya.
Guru yang
mandiri akan tampil menyenangkan siswa karena ia kreatif dalam
mencetuskan ide-ide baru. Di samping itu jiwa pendidik lainnya adalah sebagai
evaluator, mampu memberikan hukuman yang mendidik dan memberikan pujian yang menyemangatkan
siswa. Hukuman diberikan supaya siswa menghilangkan apa yang salah sedangkan
pujian diberikan supaya siswa mengulang kembali apa yang tepat. Jiwa disiplin
dalam kelas juga harus dijaga. Maka guru yang baik pasti melakukan hal
ini dengan tujuan menciptakan suasana aman yang memungkinkan siswa untuk
belajar.
e. Guru harus memiliki ilmu
kependidikan. Dikaitkan dengan keberhasilan siswa dalam belajar, keberhasilan
proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian seorang tenaga pengajar. Efektivitas
guru dan cara guru menopang usaha belajar siswa inilah yang diharapkan tampak
pada siswa.
Keterampilan didaktis yang
dimiliki guru tercermin pada kreativitas pengajarannya. Kreativitas sendiri
tergantung dari cara guru menyajikan materi, cara guru memberikan pujian, cara
guru mengaktifkan siswa agar merasa terlibat dalam proses belajar dan cara guru
mrmberikan informasi kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar